Kekayaan alam akan habis. Apa daya kita?
Dua orang pemikir, Ko it Pin dan Kahlil Rowter, nyaris secara bersamaan menuliskan hal yang sama: bagaimana melimpahnya kekayaan sekaligus betapa terbelakangnya kita.
It Pin menuliskan pemikirannya dengan penggalan lagu Koes Plus yang menceritakan betapa tongkat pun akan berubah jadi tanaman di nusantara ini. Dengan gaya retoris It Pin menuliskan Kutukan tongkat menjadi ubi untuk Indonesia?. Buah pikirannya ini terasa mencerahkan di tengah menipisnya cadangan sumber daya alam Indonesia seperti minyak dan gas. Di akhir tulisannya kolumnis ini justru mengambil sudut pandang yang berbeda, yaitu bahwa setelah kekayaan alam habis, sekarang kekayaan intelektual kita akan dipaksa untuk menggantikan kekayaan alam kita. Tongkat tersebut sekarang adalah pikiran dan pengetahuan kita.
Sementara itu Kahlil Rowter, Chief Economist CIMB-GK Securities Indonesia, menuliskan buah pemikirannya di Harian KOMPAS dengan judul Ayam Mati di Lumbung, tulisan bergaya paradox. Apakah mungkin seekor ayam mati di tengah-tengah melimpahnya makanan kecuali ayam yang goblok? Rowter memang memberikan analisis yang kurang lebih menyebutkan bahwa sebenarnya Indonesia mempunyai sumber pendanaan yang belum digunakan berbentuk obligasi pemerintah (Surat Utang Negara), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan instrumen lainnya senilai Rp.480 trilyun.
Kedua tulisan itu benar-benar mencerahkan. Tapi, kapan korupsi juga akan diberantas? Mbuh ra’ ruh! Kok jadi serius gini? Nggak lucu, ya?
Indonesia tercinta,
350 thn dijajah Belanda
20an thn tenggelam dlm orde lama
30an thn terlena dlm orde baru
baru 8thn-an bangun utk bereformasi
kira2 kapan ya masa2 post-reformasi-nya? Loh.. ngomentari kok malah nanya… ;)
jadi pengen ikut2an ngganti lagunya Koes Plus,
Bukan lautan hanya kolam lumpur
Kail dan jala jelas tak cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Gempa dan banjir menghampiri dirimu…